Sabtu, 03 Januari 2009

Semangkuk Lauk Buat FISIPOL

Saat jadwal kuliah penuh, saat perut mulai keroncongan dan badan mulai lemas maka berbondong-bondonglah mahasiswa keluar kelas mengumbar nafsu mereka di bawah pohon “body” di sekitar “shanshiro”.(lapangan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik).
Situasi ini adalah suatu kisah nyata yang menjadi fenomena sehari-hari bagi kami.
Keadaan yang setiap hari kami jalani dan rasakan tanpa mengerti sesuatu yang sedang terjadi. Mungkin naluri yang sudah menguasai hingga semuanya mengalir tanpa terasa hingga nafsu kami telah cukup terpenuhi.
Sebenarnya apa sih maksudnya?
Memang fenomena ini menjadi keseharian bagi para mahasiswa di kampus, tidak hanya di fakultas ilmu sosial dan politik bahkan diseluruh fakultas disemua perguruan tinggi di dunia pada saat pergantian jam mata kuliah siang. Namun ini adalah suatu fenomena yang terjadi di kampus kami.
Setiap hari nya ribuan mangkuk dan piring makanan serta gelas-gelas minuman kotor menumpuk untuk dicuci lalu dipergunakan kembali. Menuruti mulut para mahasiswa akan kebutuhannya sebagai insan duniawi. Mereka makan dan minum di kantin kami, kantin yang setiap harinya selalu penuh bahkan banyaknya kursi di dalamnya tidak mencukupi untuk menampung seluruh perut-perut lapar itu. Banyak diantara teman kami duduk bersila, bersandar di bawah pohon yang konon katanya sudah puluhan tahun menaungi kampus kami, demi menikmati hidangan kantin yang sudah sejak tadi menggerayangi perut mereka.
Berbagai macam menu disajikan oleh stand-stand makanan kantin kampus kami, mulai dari mi ayam, bakso, soto sampai hidangan prasmanan ada disana. Harganya pun sangat bervariasi, ada menu yang paketan lima ribuan seperti mi ayam dan es jeruk atau bakso dan es teh sampai menu yang bisa nguras kantong seperti hidangan prasmanan.
Tapi tahukah mereka kalau menu yang mereka makan itu layak dikonsumsi atau tidak? Sepertinya tidak terlalu dipermasalahkan, “Yang penting kenyang to”, ucap Auliya seorang teman kami di jurusan komunikasi. Fakta dari segelintir mahasiswa yang teliti saat memesan menu di kantin kampus kami menemukan sesuatu yang mencengangkan. Percaya atau tidak, ada suatu hal yang mungkin diluar dugaan para penikmat menu-menu kantin kampus kami. Salah satu teman kami saat memesan semangkuk mi ayam di kantin kampus menemukan setidaknya terdapat dua ekor ulat yang mati di sayuran mi ayamnya. Sentak kaget melihat hal itu dia langsung trauma untuk memesan menu yang sama di kantin kampus. Saya juga mengamati cara penyajian menu-menu makanan setelah terjadi hal tersebut. Ditemukannya ulat dalam sayuran tersebut mungkin dikarenakan sayuran yang dipakai untuk hidangan mi ayam itu memang berkualitas buruk dan pekerja kantin tidak mencucinya terlebih dahulu sebelum menghidangkannya. Penyajian minuman juga sangat tidak memperhatikan aspek-aspek kebersihan. Dibeberapa stand saya melihat dengan mata kepala saya sendiri kalau pelayan memasukan es ke dalam minuman tersebut dengan tangan telanjang. Memang sangat memprihatinkan sekali yang terjadi. Mungkin hal ini juga terjadi di kantin-kantin kampus yang lain dimana para pelanggan kantin tersebut tidak memperhatikan bagaimana cara penyajian menunya.
Minimnya pengawasan yang dilakukan oleh pihak kampus sendiri mungkin juga menjadi salah satu faktor penyebab mengapa hal ini bisa terjadi. Kebersihan dan kelayakan penyajian makanan tidak terlalu diperhatikan. Diibaratkan kita hanya mengkonsumsi junk food yang hanya mengandalkan cita rasa dan pengisi perut saja tanpa melihat sisi-sisi lain dari menu tersebut. Beberapa bulan lalu juga sempat terbersit kabar tentang adanya isu bakteri hepatitis di universitas kami. Kabarnya juga kalau bakteri tersebut berasal dari makanan ataupun kudapan yang dijual di universitas kami. Sungguh kejadian yang sangat memprihatinkan sekali bukan, mengingat universitas kami merupakan universitas tempat orang-orang terpelajar menuntut ilmu namun hal-hal semacam ini masih saja lolos dari perhatian mereka. Mereka lebih tertarik dengan seminar-seminar edukasi, permasalahan-permasalahan ekonomi, politik luar negeri dari pada mengkaji permasalahan yang terjadi dalam lingkungan terdekat mereka sendiri. Padahal segala sesuatu walaupun sekecil apapun itu bila sudah menyangkut kepentingan banyak orang, sangat penting sekali untuk mendapatkan perhatian yang lebih dari kita semua. Jangan sampai suatu permasalahan baru mendapatkan perhatian bila sudah membesar dan melebar. Suatu langkah antisipasi sangat diperlukan sekali sebelum terjadi sesuatu yang dapat merugikan kita dan orang-orang disekitar kita. Mulailah peduli, peduli pada diri sendiri, pada orang lain, lingkungan dan segala sesuatu yang bisa mambawa pengaruh bagi kehidupan.
Berawal dari kita, orang-orang disekitar kita, lingkungan terdekat kita. Dari apa yang kita makan, apa yang kita minum, kita harus benar-benar memperhatikan apakah makanan dan minuman yang kita konsumsi itu bersih dan layak atau tidak untuk dikonsumsi. Apabila menemukan sesuatu yang janggal pada menu makanan yang kita pesan janganlah langsung meneriakinya, kasihan juga yang dagang, bisa-bisa barang dagangannya tidak laku. Kita harus hati-hati saja dalam mengkonsumsi makanan apabila kita jajan diluar. Pandai-pandai mencari tempat makan yang terjamin kebersihannya, kesehatannya, keamanannya dan kehalalanya mungkin menjadi pilihan yang tepat agar kita dapat selamat dari mi ulat sayur ataupun kudapan hepatitis. Jangan sampai ada semangkuk ulat buat FISIPOL kita, jangan sampai ada sepiring penyakit buat FISIPOL kita tapi semangkuk lauk yang bergizi buat FISIPOL tercinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar